Minggu, 25 April 2010

Alay dan Ababil

gw kemaren ngumpul2 sama temen gw waktu ccf dulu. nah pas ketemuan itu ada satu topik pembicaraan menarik walaupun sedikit ga penting siy, yaitu tentang alay dan ababil (abege labil). topik ini menarik karena lucu tp juga menguji kepekaan gw terhadap lingkungan sekitar. temen gw bilang klo di dunia pergaulan sekarang ada 2 kasta yang merajai, yaitu kasta alay dan ababil, yang menurut dia 2 kasta tersebut menganut sistem stratifikasi sosial tertutup. klo begitu kasta mana yang lebih tinggi? kata temen gw kasta ababil lebih tinggi daripada kasta alay. nah seorang ababil apabila melakukan kesalahan, yang gw ga tau apa contohnya, bisa mengakibatkan dia jatuh ke kasta alay. nah sekali dia jatuh ke kasta alay maka dia tidak akan, atau susah sekali, naik ke kasta ababil.
loh knapa kasta ababil lebih tinggi? pertama, ababil itu lebih punya kelas daripada alay. kedua, secara kemampuan ekonomi ababil itu umumnya berasal dari keluarga dengan kemampuan ekonomi lebih dari alay. ababil pergi nongkrong ke A list atau First line mall, nah alay pergi gaul ke B list atau Second line, atau gw bilang mall yg gw ragukan ke-mall-annya.
terus apa siy ciri khas yang membedakan keduanya? gw pikir siy mereka pada dasarnya sama aj, rindu akan perhatian (cari peratian aka caper) akan tetapi melakukan hal itu dengan cara yang berbeda. ababil dalam situs pertemanan saat ini aktif dalam situs twitter. mereka merasa jika mereka mempunyai banyak follower maka harga diri mereka akan meroket. alay pada saat ini aktif di situs facebook. bagi para alay-ers tidak penting mempunyai banyak follower, bagi mereka hal yang terpenting adalah mereka dapat menunjukan eksistensi mereka di dunia. ababil pada umumnya mengikuti tren yang sedang in, lu beli aja majalah2 pasti mereka punya semua model baju yang ada disitu. gw rasa siiy, secara gw jg suka memperhatikan cara orang berpakaian, kadang pakaian itu ga cocok bagi mereka. contoh: kemaren waktu gw nyari temen gw di salah satu mall di kawasan bundaran HI, ada satu ababil, doi pake celana kulit sintetis ketat kaya catwoman. pake celana kulit ketat siy ga masalah yah, yang masalah paha doi tuh segede paha sapi. gw rasa dia malah menunjukan kelemahannya ke semua orang, setuju ga? nah klo alay dalam berpakaian siy ga terlalu modis, cukup dengan t-shirt tp harus dengan warna-warna yang mencolok. alay juga sangat senang memakai jaket, dengan atau tanpa hood, walaupun hari sedang panas. ababil juga secara maksimum menggunakan kemampuan ekonominya untuk membeli gadget2 terbaru dan tercanggih. lu g usah heran klo sekarang yg digantung di leher itu bukan kalun tp PSP atau kamera SLR (mending kaya Saykoji aja sekalian ngalungin hard disk) walaupun penggunannya ga tepat. contoh: tadi sore gw maen ke sebuah taman di tengah kota, seperti biasa banyak orang mengambil tempat itu jadi latar belakang foto. foto di tengah taman? hal yg biasa siy tp ada satu ababil yg luar biasa. nah ababil ini memakai kamera SLR dengan lensa yg panjangnya setengah mati, ga usah foto muka dari deket, tupai di atas pohon jati aja masih bisa keliatan pake lensa itu. gw g ngomong sotoy secara ada sepupu gw anak seni rupa dan desain so doi blajar seluk beluk fotografi. gw jg siy dulu nyolong kelas fotografi temen gw walaupun cm beberapa kali. alay tidak perlu gadget yg terbaru dan tercanggih, bagi alay asalkan hasrat untuk menunjukan eksistensinya sudah terpenuhi maka mereka cukup terpuaskan, seperti kamera hape atau hape yg mirip bberry.
gw sendiri memandang fenomena alay dan ababil adalah gejala bagaimana generasi sekarang adalah pop generation. alay dan ababil pada dasarnya sama, ingin dianggap eksis! mereka ingin menjadi pusat perhatian dari lingkungan sekitarnya. gw rasa ini jg ga lepas dari peranan media yang menyediakan sarana bagaimana untuk menjadi terkenal dalam waktu instan. media saat ini bisa dengan mudahnya mengangkat seseorang untuk menjadi pusat perhatian khalayak, baik dengan acara reality show, ajang mencari bakat, bahkan ajang mencari jodoh!!! alay dan ababil yang cenderung dihuni oleh komunitas dengan umur yang tidak mempunyai kedewasan psikologis yang cukup bisa terpengaruh dengan hal2 ini. masalahnya ga semua yg ditampilkan di media, walaupun namanya reality show, sesuai dengan apa yang terjadi di masyarakat, bahkan cenderung hiperbolis atau di-dramatisir, yang akhirnya menciptakan generasi drama king atau drama queen.
























nb: notes ini bukan berarti saya membenci ababil ataupun alay karena bagi saya itu merupakan state of mind dari setiap orang
















Salam Damai

4 komentar:

mans mengatakan...

jadi kesimpulannya adalah mereka semua pengen eksis tapi yg membedakan hanya masalah materi (?)
makanya ababil lebih tinggi class-nya daripada alay (?)

Feb_briana mengatakan...

hmh.... nggak banyak orang yang mampu atau bersedia untuk menulis mengenai fenomena ababil dan alay tanpa menghakimi kedua golongan itu. so, aku mengapresiasi penuh karya ini karena menampilkan berita fenomenal tersebut tanpa berusaha memojokkan subyeknya.. cool....
keep writing.

Kisah_Sang_Wanita mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

Gw bencinya am ababil, jijik liatnya, sok luar negeri, apalagi korea, pk pakean gaya korea, mending pantes, muka am pakean ga sinkron. Pernah pny cewe ababil bgt, manja nya setengah mati, pengen tebas lehernya dah, dah aja gw putusin dah ga tahan




Posting Komentar